Rabu, 24 Mei 2017

Anakku tidak sekolah

      Hidup pada masa dimana ijazah menjadi sesuatu yang dianggap harus dimiliki oleh setiap orang menjadikan saya sedikit sulit memutuskan untuk mendidik sendiri anak-anak di rumah. Tak sedikit yang menentang, apalagi yang mempertanyakan. Ya, seorang ibu yang hanya punya ijazah setingkat SMA dan tidak punya pengalaman mengajar nekat untuk mendidik sendiri anak-anaknya di rumah.
"Memangnya kamu bisa ?",
"Pelajaran anak sekarang tuh nggak semudah anak-anak jaman dulu",
"Kamu nggak kasian anak-anakmu nanti nggak bisa bersosialisasi ?",
"Kalau nggak punya ijazah, trus anak-anakmu mau kerja apa nanti ?"
Dan puluhan pertanyaan lainnya. Diam tak mendebat yg saya pilih saat itu. Saya hanya menjawab, "anak saya stress berat di sekolah".



      Memilih untuk mendidik sendiri anak-anak di rumah bukan karena saya merasa sudah sangat pintar, justru karena saya merasa fakir ilmulah makanya saya memutuskan hal tersebut. Anak-anak lebih nyaman dengan saya di rumah daripada di sekolah, itu alasan pertama. Kedua, bersama mereka, saya akhirnya belajar banyak hal. Karena di rumah kami, setiap anggotanya adalah guru sekaligus murid. Ketiga, saya meyakini setiap anak lahir sebagai anak cerdas dibidangnya masing-masing, maka tugas kami bukanlah untuk menjejalkan berbagai materi (outside in), tetapi justru untuk memantik setiap potensi (inside out) yang telah Allah instalkan dalam diri mereka.

Minggu, 05 Juni 2016

CHILDREN DRIVE EDUCATION

Bismillah...

Setelah Minggu lalu saya membuat kurikulum yang "GUE BANGET", maka Minggu ini saya membuat kurikulum yang "ANAK GUE BANGET" 

Menyusun Personalized Curriculum untuk 3 anak adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah. Banyak gampangnya daripada susahnya. Banyak senengnya daripada sedihnya *eh...
Tapi tetep,, harus dan wajib buat karena ketiganya tidak sekolah. Bahasa kerennya Homeschooling, hihihi...

Mau tau caranya ?
Yuuk... kita simak materi Matrikulasi IIP Batch #1 pekan ke IV

PENGANTAR NICE HOMEWORK #3 part 2

Bunda, pekan ini kita belum berganti materi. Kalau Bunda lihat kembali Nice Homework #3 , di awal tertulis huruf romawi  I. Membuat Kurikulum yang “Gue banget”. Artinya masih ada romawi II. Yang artinya “to be continued….”

Dan apakah itu? Mari kita simak pengantar NHW#3 part 2 berikut ini :
KEMBALI KE FITRAH

Pekan ini adalah pekan yang spesial, karena inilah detik-detik terakhir kita untuk memasuki bulan Tarbiyah, yang langsung dipandu oleh Sang Maha Pemberi Ilmu yang akan menuntun kita semua untuk kembali ke fitrah.

Seringkali di akhir Ramadhan dan memasuki awal bulan Syawal kalimat “Selamat kembali ke fitrah” menjadi kalimat favorit  yang muncul mengiringi ucapan selamat hari raya Idul Fitri kita.
Apakah tahun ini kita akan mengucapkannya kembali tanpa makna?

Tentu saja TIDAK.

Kalau pekan kemarin kita sudah berusaha seoptimal mungkin untuk menemukan makna kehadiran kita di dunia ini. Ini syarat ilmu utama untuk masuk ke tahapan ilmu berikutnya.Maka berusahalah untuk mengamalkannya.

 Pekan ini kita akan mulai belajar, bagaimana memandu anak-anak menuju kesejatian fitrahnya.

“KEMBALI KE FITRAH” bermakna mengembalikan anak-anak kita pada kebahagiaannya, membantu menemukan makna kehadiran anak-anak di muka bumi ini.

Segera petakanlah fitrah anak-anak, kemudian rancanglah pendidikan sejati yang sesuai dengan fitrah mereka.

Pandulah perjalanan setiap fitrah tersebut, agar anak-anak bisa selamat dan bahagia sampai Aqil balighnya nanti.
Kerusakan generasi hari ini adalah karena fitrah fitrah tidak didik secara menyeluruh sehingga peran dan tanggungjawab tidak muncul ketika anak mencapai baligh. Inilah mengapa baligh dan aqil akhirnya tiba tidak satu paket.

Bagaimana caranya?

Buatlah buku untuk masing-masing anak, ini adalah sejarah untuk mereka. Di dalam buku tersebut berisi pengamatan Bunda selama ini.
a. Apa saja keunikan yang dimiliki anak-anak?
b. Kegiatan-kegiatan apa saja yang membuat mata mereka berbinar-binar?
c. Prioritas ‘materi kehidupan apa saja” yang akan anda berikan ke masing-masing anak secara bertahap?
d. Fitrah-fitrah apa saja yang akan anda perkuat untuk anak-anak secara bertahap?
e. Dll (masing-masing keluarga bisa berbeda kebutuhannya)

Setelah itu kita akan membuat  NHW#3 part 2

MEMBUAT KURIKULUM YANG “ANAK-ANAK GUE BANGET”

Inilah "BUKU" yang saya buat untuk masing-masing anak


Lembaran-lembaran "BUKU" saya tulis tangan di kertas HVS, lalu dikumpulkan dalam map yang dituliskan masing-masing nama anak. Untuk dokumentasi hasil kegiatan anak-anak saya kumpulkan di map tersendiri.
Isi dalam buku itu antara lain :

 Fitrah Based Education Operational Framework ini saya buat sebagai panduan untuk merencanakan kegiatan anak-anak agar tidak melenceng dari fitrah mereka.



"Checklist Pandu 45" dan "Jurnal perkembangan dan perasaaan anak saat berkegiatan" ini saya buat agar anak-anak kaya akan aktifitas dan wawasan, sebagai cara untuk mengenal bakat dan kekuatan mereka sehingga mereka mampu menemukan peran hidupnya.


Jurnal Perkembangan karakter anak ini saya buat untuk melatih anak-anak agar memiliki karakter-karakter baik, agar mereka tidak hanya Berbakat tapi juga Berakhlaq.

Untuk saat ini baru daftar di atas yang saya buat untuk masing-masing anak. Kedepannya isi "BUKU" anak-anak akan bertambah dengan jurnal-jurnal lainnya. 

Minggu, 29 Mei 2016

My Mission of Life

Bismillah...

Allah berkehendak bagi manusia untuk menemukan peran hidupnya (mission of life) untuk mencapai maksud serta tujuan penciptaan sejatinya (purpose of life) yang Dia ciptakan bagi manusia lalu mempersembahkannya kembali kepadaNya dengan memberi sebesar-besarnya manfaat dan rahmat bagi semesta.
WHY, WHAT, HOW = PURPOSE, MISSION, VISION =MAKSUD, TUGAS, CITA-CITA
  1. THE PURPOSE OF LIFE => GUIDES YOU
  • Ibadah
  • Imaroh
  • Khalifah
  • Imama
     2.   THE MISSION OF LIFE => DRIVES YOU
  • Peran peradaban personal =>Menebar rahmat bagi semesta (peace & compassion)                                                          =>Membawa kabar gembira dan peringatan (solution                                                                 maker & problem solver)
  • Peran peradaban komunal =>Umat terbaik (khoiru ummah)                                                                                                =>Ummat pertengahan (ummatan wasathan)
  • =>=>MISI SPESIFIK : Peran sesuai fitrah bakat
     3.   THE VISION OF LIFE => WHAT YOU ASPIRE TO
  • Cita-cita harus selaras Misi
  • Cita-cita adalah milestone dari Misi
  • Cita-cita punya hasil yang ingin dicapai (Output)
  • Cita-cita punya ukuran yang berdampak pada hasil (Indikator Impact)
~Fitrah Based Education, hal.17~


NHW #3 
MEMBUAT KURIKULUM BELAJAR YANG "GUE BANGET"

1. Belajar konsisten mengisi checklist harian yang sudah dibuat di NHW #1. Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu "memantaskan diri setiap saat. Latih dengan keras diri kita agar lingkungan menjadi lunak terhadap kita.

Checklist harian yang sudah saya buat 4 pekan lalu sudah beberapa kali mengalami revisi. Corat-coret di sana-sini untuk menyesuaikan dengan segambreng aktivitas sehari-hari. Menentukan kembali prioritas, apa yang penting dan harus disegerakan, apa yang bisa ditunda. Konsistensi di awal yang paling berat. Dua kali evaluasi membuat diri saya akhirnya bisa melihat apa saja aktivitas yang perlu dan yang tidak perlu dilakukan. Checklist ini juga membantu saya menggeser hal-hal tidak perlu yang dulu sering saya lakukan dan akhirnya menghabiskan waktu saya jadi sia-sia. 

2. Baca dan renungkan kembali NHW #2, kemudian tetapkan pada diri sendiri, Misi Hidup apa yang kita emban di muka bumi ini, bidang apa yang ingin kita kuasai ?

Misi Hidup : Memberi edukasi bagi banyak orang
Bidang      : Pengasuhan anak, Fashion dan Lingkungan Hidup
Peran        : Educator

3. Susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut.

Untuk menjadi ahli di bidang pengasuhan anak dan lingkungan hidup maka tahapan ilmu yang harus saya kuasai adalah sebagai berikut :

a. Bunda Sayang : 
  • Komunikasi produktif
  • Memandu kemandirian anak
  • Melejitkan kecerdasan emosi dan spiritual
  • Cerdas finansial sejak dini
  • Pendidikan seks yang tepat dan benar sejak dini
b. Bunda Cekatan
  • Learn how to learn
  • Manajemen waktu
  • A Home Team
  • Meraih mimpi menata masa depan
  • Public speaking
c. Bunda Produktif
  • Ilmu berkebun/beternak organik
  • Ilmu tentang permaculture
  • Ilmu tentang pengolahan limbah

4. Tetapkan milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup


Belajar tentang fashion saya mulai sejak duduk di bangku SMP (tahun 1998). Saat itu mendesain dan crafting adalah hal yang tidak pernah membuat saya bosan. Sedangkan belajar ilmu seputar pengasuhan anak sudah saya mulai semenjak mengandung si sulung (tahun 2006). Saat kami pindah ke lingkungan dimana rumah kami berdiri saat ini (tahun 2010), saya mulai merasa terpanggil untuk menjaga agar bumi ini tetap hijau. Kegiatan berkebun menjadi aktivitas baru yang selalu membuat saya bersemangat. Melihat tanaman-tanaman itu tumbuh subur berdampingan satu dengan yang lainnya membawa kedamaian tersendiri bagi saya pribadi. Dengan berkebun juga menjadi salah satu sarana kami mengasuh dan mendidik anak-anak yang memilih untuk tidak bersekolah. Saat ini yang belum saya kuasai secara mendalam adalah ilmu-ilmu yang saya tuliskan di atas. Maka untuk mendukung Misi Hidup saya, milestone yang saya susun adalah sebagai berikut :

  • KM 0 - KM 1 : Ilmu Bunda Sayang
  • KM 1 - KM 2 : Ilmu Bunda Cekatan
  • KM 2 - KM 5 : Ilmu Berkebun dan beternak organik
  • KM 5 - KM 7 : Ilmu tentang permakultur
  • KM 7 - KM 8 : Ilmu tentang pengolahan limbah

5. Koreksi kembali checklist NHW #1, apakah sudah kita masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum, segera ubah dan cantumkan.

Revisi, revisi, revisi. Ya... Revisi ini jadi menyenangkan karena kami tahu dan sadar bahwa revisi yang kami lakukan akan membuat rencana kami ke depan jadi makin baik. ^_^

6. Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan !!

Sebagai manusia, hak kita hanyalah berproses. Soal hasil itu adalah hak Allah semata. Maka, nikmati saja prosesnya. Nikmati dan berbahagia dengan proses yang kita jalankan.

Minggu, 22 Mei 2016

MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

Bismillah....

"Mitsaqon Gholidzo (Perjanjian yang Agung). Kata-kata ini hanya disebutkan 3 kali di dalam AlQuran, yaitu :

  1. Pada saat Allah mengambil perjanjian dengan para Rasul Ulul Azmi, yaitu Nuh, Musa, Ibrahim dan Isa (Q.S. Al Ahzab:7-8)
  2. Pada saat Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala Bani Israil dan mengambil janji setia mereka (Q.S. An Nisa:154)
  3. Pada ikatan pernikahan (Q.S. An Nisa:21)
Dua perjanjian teratas merupakan peristiwa besar peradaban manusia. Lalu mengapa pernikahan disejajarkan dengan 2 peristiwa besar tersebut ?
Sepanjang sejarah, peran penting peradaban kenabian adalah mendidik generasi peradaban.
Begitu pula peran penting sebuah bangsa adalah mendidik generasi peradaban. Tidak ada bangsa yang memiliki peran peradabannya tanpa mendidik generasinya.
Maka begitu pulalah peran penting sebuah lembaga pernikahan, yaitu mendidik generasi peradaban. Runtuhnya lembaga pernikahan kebanyakan karena tidak lagi tersisa peran mendidik di dalamnya.
Apa guna kita menikah apabila kita melalaikan peran mendidik di dalam keluarga kita ?
Dalam lembaga pernikahan bernama keluarga, ada sosok pemimpin peradaban, ada sosok penumbuh dan penjaga peradaban,ada sosok yang dipimpin dan ditumbuhkan, ada sarana dan perlengkapan pendukung, ada perasaan cinta mendalam yang tulus, ada kebutuhan saling menasehati dan kebersamaan, dan ada sistem nilai kehidupan yang diimani.
Sistem nilai kehidupan inilah yang utama, yang diyakini bersama sehingga melingkupi semua aktifitas dan perjalanan maupun tujuannya."
-renungan pendidikan #26, Harry Santosa-


Materi MIIP pekan kedua mengingatkan saya pada tulisan di atas. Peradaban tidak akan terbangun jika dua insan yang diikat dalam perjanjian suci pernikahan melalaikan peran mendidik di dalam keluarganya. Padahal Allah SWT menghadirkan manusia di muka bumi ini lengkap dengan "misi spesifik"nya, tugas manusia hanyalah berusaha memahami kehendakNya. 
Saat manusia dipertemukan dengan pasangan hidupnya untuk membentuk keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan atau sebatas menyempurnakan agama, tapi lebih dari itu. Saat mengikat diri dalam lembaga pernikahan dan melahirkan keturunan, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya "peran spesifik keluarga" di muka bumi ini. Hal ini yang sering dilupakan meski sudah bertahun-tahun menikah.
Lalu, darimana memulainya ?


  • Pertama, temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu kita memilihnya menjadi suami ? Apa yang membuat kita jatuh cinta padanya ? Dan apakah sampai hari ini kita masih bangga terhadapnya ?



"Menulis kembali surat cinta untuknya setelah bertahun-tahun yang lalu, menumbuhkan kembali rasa cinta yang dulu begitu menggebu. Menuliskan bagaimana dulu jatuh cinta padanya, mengungkapkan kekaguman dan kebanggaan padanya seperti menyiramkan es ke dalam hati yang kering. Segaaar rasanya. 
Butuh tekad kuat untuk menggoreskan kembali pena ke atas kertas putih. Tidak semudah dulu. Ya,, dulu kami sering saling berkirim surat cinta. Sepertinya tak habis-habis alasan untuk terus menuliskan cinta kami. Di buku harian, di kertas post-it, di cermin kamar, di mana saja kami bisa saling menuliskan cinta. Tapi ternyata seiring berjalannya waktu kebiasaan itu mulai berkurang sampai akhirnya hilang sama sekali. 
Butuh waktu cukup lama untuk memulai. Tapi ternyata saat kata pertama mulai tertulis, kata-kata berikutnya mengalir begitu saja. Deras tak terbendung. Perasaan campur aduk jadi satu. Sedih, karena merasa belum jadi istri dan ibu yg penuh syukur. Haru, mengingat saat dulu jatuh cinta padanya. Bahagia, karena Allah masih menjaga kebersamaan kami. Tak terasa 4 lembar HVS penuh dengan kata-kata cinta. Semoga air mata tak mengaburkan tintanya. :') 
Lembaran kertas itu lalu saya gulung dan ikat dengan pita kecil. Saya berikan padanya sesaat akan berangkat bekerja. Tak ada pertanyaan darinya *legaa...
Jujur,, awalnya saya merasa mungkin nanti responnya akan "biasa-biasa" saja seperti biasanya. Ternyata hasilnya jauh melampaui ekspektasi saya. Respon yang suami berikan sungguh luar biasa. Sekuntum mawar merah menjadi hadiahnya. Dengan perantara surat itu mampu melarutkan kembali cinta kami yang lama mengendap."



  • Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki ? Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini, sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita ? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini ? Potensi unik apa yang kelak menjadi panggilan hidup atau alasan kehadiran di muka bumi yang menebar manfaat dan rahmat bagi alam dan kehidupan ?
"Berdasarkan hasil tes di temubakat.com, potensi kekuatan saya adalah ANALYST, CARETAKER, COMMUNICATOR, CREATOR, DESIGNER, dan QUALITY CONTROLLER. Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan kreativitas dan desain mampu membakar semangat. Selain itu, berbagai kegiatan sosial, berbagi manfaat dengan orang lain dan melihat mereka bahagia karenanya juga mampu membuat saya jauh lebih bahagia. Bersyukur sekali Allah menjodohkan saya dengan laki-laki yang mau mendukung dan terlibat dengan aktivitas saya. Bersama-sama kami membangun usaha yang semoga nantinya tidak hanya bermanfaat bagi kami tapi juga bermanfaat bagi lingkungan sekitar kami. Aamiin..."

  • Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita ? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini ? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita ?
"Philo, Azzura dan Andra adalah anugerah luar biasa yang Allah telah titipkan pada kami. Dengan hadirnya mereka kami jadi tak henti-hentinya belajar untuk menjadi insan yang lebih baik lagi demi menghantarkan mereka kembali kepada Penciptanya dalam keadaan yang lebih baik. 
Philo (10 th), sangat menyukai aktivitas olah fisik. Aussie Footy, atletik dan renang selalu membuatnya bersemangat dan berbinar-binar. Sikap kritisnya selalu mampu mengingatkan kami saat mulai keluar jalur. Selain itu, saat menyukai satu hal, dia akan berusaha keras mencapainya walaupun harus ada yang dia korbankan. Sedikit latihan disiplin dan tanggung jawab akan makin menguatkannya.
Si tengah, Azzura (8 th), adalah satu-satunya gadis kami. Kegiatan yang menuntut kreativitas sangat disukainya. Sikap lemah-lembut, penyayang dan luwes membuatnya dicintai oleh banyak orang. Dia juga selalu bertanggung jawab pada setiap tugas yang diembannya. 
Andra (3 th), "si bungsu yang romantis" begitu kami sekeluarga menjulukinya. Sama seperti si sulung, dia pun menyukai aktivitas fisik. Rasa ingin tahunya yang begitu besar seringkali membuat kami kewalahan. Dia pun penuh percaya diri. 
Kehadiran mereka bertiga menjadikan rumah tangga kami penuh warna. Dengan keunikannya masing-masing membuat kami menjadi semakin utuh."


  • Keempat, lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam dimana kita tinggal saat ini ? Mengapa Allah menempatkan keluarga kita disini ? Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini ?
"Tinggal di kota Balikpapan yang cukup panas karena berada di pesisir pantai membuat aktivitas luar ruangan jadi kurang nyaman. Tapi kami sekeluarga membiasakan untuk rutin melakukannya, salah satunya dengan berkebun. Bagi kami ini baik untuk kesehatan. Alhamdulillah,, kami sekeluarga jadi jarang sakit. 

Ayah kami memiliki sebidang tanah di pinggir kota, di tengah-tengah perkebunan sawit. Tanah itu tidak ada yang mengelola. Setelah meminta izin ayah, kami mengolah tanah tersebut. Kami menjadikannya kebun buah-buahan dan kolam ikan. Agar tetap bisa berbagi manfaat, kami menggunakan jasa penduduk di sekitar kebun, yang rata-rata hidup dibawah garis sejahtera, untuk membantu kami merawat tanaman dan ikan. Selain mendapat upah dari merawat tanaman dan ikan kami, mereka juga kami bebaskan untuk menanam sayuran di sela-sela pohon buah untuk menambah penghasilan mereka."

Dari keempat pertanyaan di atas,apabila terjawab akan membuat anda dan suami memiliki "misi pernikahan" sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.
Berawal dari memahami peran spesifik keluargakita dalam membangun peradaban,kita akan makin paham apa potensi unik produktif keluarga kita. Sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalan-Nya. Peluanglah yang akan menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus-menerus mengejar uang dan peluang.
Selanjutnya kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan macam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar kita.
Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan. Semuanya akan berjalan beriring, selaras dengan harmoni kehidupan.

Rabu, 18 Mei 2016

Review Checklist Indikator Ibu Profesional

Bismillah,,,

Setelah tuntas dengan NHW #1, saatnya melihat review dari Ibu Guru kita tercinta. Apa yang saya tuliskan dibawah sama persis dengan apa yang dituliskan oleh Ibu Septi. Saya kurang pandai merangkai kata, terlebih jika waktu tak memadai. Maklumlah,,, mahmud asti hanya mampu nongkrong depan lappi saat bumi sunyi senyap memeluk anak-anak dalam tidur malamnya *hallah. Jadi daripada hasil review yang ditulis Bu Septi jadi berantakan, lebih baik saya copas aja lah yaa... ^_^V


"Bunda, saya review dulu ya hasil Nice Homeworknya.

Pertama yang akan saya katakan adalah SALUUUT untuk para bunda yang berhasil mengalahkan "rasa berat" untuk mengerjakan nice homework ini. Kalau di Jawa ada pepatah keren yang mengatakan "OJO KALAH KARO WEGAH" (jangan mau kalah dengan rasa tidak mau, lebih tepatnya rasa malas).
Karena sebenarnya kalau urusan membuat checklist profesionalisme ini bukan MAMPU atau TIDAK MAMPU, melainkan MAU atau TIDAK MAU. Terbukti bunda bisa melakukannya di tengah kesibukan.
PR ini bukan untuk saya, tetapi justru untuk teman-teman agar lebih bisa memanage diri dari hari ke hari dan sebagai bekal teman-teman untuk memasuki bulan Ramadhan. Saya berharap dengan checklist ini Ramadhan teman-teman tahun ini akan berbeda dengan tahun lalu.

Tolong lihat kembali Nice Homework #1, coba cek :

  1. Apakah kalimat-kalimat di checklist itu sudah spesifik ?                                           Misalnya kalimat "akan mengurangi aktivitas gadget di rumah" akan lebih baik anda ganti dengan "setiap hari akan menentukan gadget hours selama 2 jam"
  2. Apakah kalimat-kalimat di checklist yang anda buat sudah terukur ?                     Misalnya "menyelenggarakan aktivitas ngobrol di keluarga" akan lebih baik kalau anda ganti dengan "sehari minimal menyelenggarakan 1x family forum (ngobrol) di rumah bersama keluarga"
  3. Apakah checklist yang anda tulis mudah dikerjakan dengan tambahan sedikit usaha ?                                                                                                               Misalnya "sehari akan membaca 2 buku tentang pendidikan" ??? Ukur diri kita apakah mungkin ? Karena selama ini sehari-harinya kita hanya bisa membaca paling banyak 10 halaman. Maka akan lebih baik kalau anda ganti "membaca 15 lembar buku parenting setiap harinya".                                                                       Sesuatu yang terlalu susah diraih itu akan membuat kita stress dan akhirnya tidak mengerjakan apa-apa. Tetapi sesuatu yang sangat mudah diraih itu akan membuat kita menyepelekan. Kembali ke istilah Jawa ini namanya "GAYUK.... GAYUK TUNA" (contoh kasus : kita mau ambil mangga di pohon yang posisinya tidak terlalu tinggi, tetapi cukup berusaha dengan satu lompatan, mangga itu akan bisa diraih. Tidak juga terlalu pendek, sambil jalan aja kita bisa memetik mangga tersebut. Biasanya jadi tidak menghargai hasil)
  4. Apakah tantangan yang anda tulis di checklist ini merupakan permasalahan-permasalahan yang anda hadapi sehari-hari ?                                                           Misalnya anda adalah orang yang susah disiplin selama ini, maka sangat pas kalau di checklist anda tulis "akan berusaha tepat waktu di setiap mendatangi acara IIP". Jadi jelas memang akan menyelesaikan permsalahan yang ada selama ini.
  5. Berikan batas waktu pada proses latihan ini di checklist.                                         Misalnya "akan membaca satu buku satu minggu selama bulan Ramadhan", "akan belajar tepat waktu selama 3 bulan pertama mulai Juni-Agustus 2016"  

Dari kelima hal tersebut di atas akan memudahkan kita pada proses evaluasi.

Oke, itu tambahan dari saya. Silakan dilihat kembali checklist anda masing-masing. Kita akan mulai melihat seberapa bekerjanya checklist itu untuk perkembangan diri teman-teman. Maka silakan di print out dan ditempel di tempat yang anda lihat setiap hari.
Ijinkan suami dan anak-anak memberikan penilaian sesuai dengan yang anda tentukan.
Andaikan tidak ada yang mau menilai, maka diri andalah yang paling berhak menilai perkembangan kita. Berusaha JUJUR kepada diri sendiri.


Setelah membaca review dari Ibu Septi di atas, akhirnya saya melakukan sedikit revisi dalam checklist yang saya buat sebelumnya. Berikut revisinya 


Checklist ini saya buat untuk 3 bulan kedepan, yang akan di evaluasi setiap 10 hari sekali. 
Saat 3 bulan target tercapai, maka akan dibuat daftar target baru sambil terus tetap menjalankan target sebelumnya
Semoga Allah senantiasa menjaga konsistensi saya menjalani semua ini. Aamiin...

Minggu, 15 Mei 2016

{NHW #1 Matrikulasi IIP}

Bismillah...

Alhamdulillah... akhirnya nggak ketinggalan mendaftar kelas Matrikulasi IIP Batch 1 *yeeaayy.

Walaupun sempat panik karena lupa transfer biaya pendaftaran sampai batas waktu terakhir, bersyukur karena waktu transfer diperpanjang. Rezeki emang nggak kemana _/\_

Koq kayaknya kelas ini penting banget sih ?. Ya iyalah penting,,, disana kita berkumpul dengan 140an Ibu Profesional dari seluruh Indonesia yang siap berbagi ilmu dan pengalamannya. Belum lagi materi belajar selama 10 minggu kedepan yang kesemuanya menuntun kita menuju jalan How To Be A Professional Mother ?. Mau tau apa saja materinya ?. Yuuk... Check it out


PROGRAM MATRIKULASI BATCH #1 (SPECIAL)

1. [Overview Ibu Profesional] Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga
2. [Bunda Sayang] Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah
3. [Bunda Sayang] Mendidik Dengan Fitrah
4. [Bunda Cekatan] Bunda Manajer Keluarga
5. [Bunda Cekatan] Belajar Bagaimana Caranya Belajar
6. [Bunda Produktif] Rejeki Itu Pasti, Kemuliaan Harus Dicari
7. [Bunda Produktif] Menemukan Misi Spesifik Hidup
8. [Bunda Shaleha] Bunda Sebagai Agen Keluarga
9. [Komunitas] Membangun Komunitas, Membangun Peradaban
10. [Komunitas] Manajemen Mengelola Komunitas

Kelas dimulai tepat di tanggal 9 Mei. Hari pertama kelas dimulai suasananya ramai sekali. Membacanya saja bikin ngos-ngosan :p. Luar biasa semangat teman-teman di sana. Bermacam pertanyaan bertaburan bak bintang di langit *hahayy... Nggak bisa ngebayangin bagaimana Ibu Septi berusaha menjawab semua pertanyaan murid-muridnya yang haus ilmu. Salut deh pokoknya !

Okay,,, daripada para pemirsah sekalian bosan dengan cerita saya yang penuh tanda tanya (baca; basa-basi) kita langsung saja dengan resume kelas perdana Matrikulasi IIP Batch #1. 

-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-


RESUME MATRIKULASI IIP BATCH #1 (PEKAN #1)



MENJADI IBU PROFESIONAL, KEBANGGAAN KELUARGA
Oleh: Septi Peni Wulandani

Salam Profesional, 

Selamat datang di program Matrikulasi Ibu Profesional. Di sesi pertama ini kita akan membahas tentang 4 hal :
a. Apa itu Ibu Profesional ?
b. Apa itu komunitas Ibu Profesional ?
c. Bagaimana tahapan-tahapan untuk menjadi Ibu Profesional ?
d. Apa saja Indikator keberhasilan seorang Ibu Profesional ?

APA ITU IBU PROFESIONAL ?

Kita mulai dulu dengan mengenal kata IBU ya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, IBU itu memiliki makna 
1. perempuan yang telah melahirkan seseorang
2. sebutan untuk perempuan yang sudah bersuami
3. panggilan yang takzim kepada perempuanbaik yang sudah bersuami maupun yang belum
4. bagian yang pokok (besar, asal, dan sebagainya): -- jari
5. yang utama diantara beberapa hal lain; yang terpenting: -- kota; -- negeri
Sedangkan kata PROFESIONAL memiliki makna
1. bersangkutan dengan profesi
2.memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya: ia seorang juru masak --

Berdasarkan dua makna tersebut di atas, maka IBU PROFESIONAL adalah seorang perempuan yang:
a. Bangga akan profesinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya
b. Senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu, agar bisa bersungguh-sungguh mengelola keluarga dan mendidik anaknya dengan kualitas yang sangat baik

APA ITU KOMUNITAS IBU PROFESIONAL ?

Adalah forum belajar bagi para perempuan yang senantiasa ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang ibu, istri dan sebagai individu.

VISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL

Menjadi komunitas pendidikan perempuan yang paling unggul di Indonesia

MISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL 

  1. Meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi guru utama dan pertama bagi anaknya
  2. Meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya sehingga menjadi keluarga yang unggul
  3. Meningkatkan rasa percaya diri ibu dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya.
  4. Meningkatkan peran ibu menjadi "change agent" (agen pembawa perubahan), sehingga keberadaannya akan bermanfaat bagi banyak orang
BAGAIMANA TAHAPAN-TAHAPAN MENJADI IBU PROFESIONAL ?

Ada 4 tahapan yang harus dilalui oleh seorang Ibu Profesional yaitu:

1. BUNDA SAYANG
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi guru utama dan pertama bagi anak-anaknya
2. BUNDA CEKATAN
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya sehingga menjadi keluarga yang unggul
3. BUNDA PRODUKTIF
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu, dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya
4. BUNDA SHALEHA
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan peran ibu sebagai agen pembawa perubahan di masyarakat, sehingga keberadaannya bermanfaat bagi banyak orang

APA INDIKATOR KEBERHASILAN IBU PROFESIONAL ?

"Menjadi KEBANGGAN KELUARGA"

Kalimat di atas adalah salah satu indikator utama keberhasilan seorang Ibu Profesional. Karena customer kita adalah anak-anak dan suami, maka yang perlu ditanyakan adalah :

BUNDA SAYANG
a. Apakah anak-anak semakin senang dan bangga dididik olehibunya ?
b. Apakah suami semakin senang dan bangga melihat cara istrinya mendidik anak-anak, sehingga keinginannya terlibat dalam pendidikan anak semakin tinggi ?
c. Berapa ilmu tentang pendidikan anak yang kita pelajari dalam satu tahun ini ?
d. Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan bersama anak-anak ?

BUNDA CEKATAN
a. Apakah manajemen pengelolaan rumah tangga kita menjadi semakin baik ?
b. Apakah kita sudah meningkatkan peran kita di rumah ?
Misal, dulu sebagai "kasir" keluarga, sekarang menjadi "manajer keuangan" keluarga 
c. Berapa ilmu tentang manajemen rumah tangga yang sudah kita pelajari dalam satu tahun ini ?
d. Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan dalam mengelola rumah tangga ?

BUNDA PRODUKTIF
a. Apakah kita semakin menemukan minat dan bakat kita ?
b. Bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita tersebut ?
c. Apakah kita merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excelent) di ranah minat dan bakat kita ini ?
d. Bagaimana cara kita bisa produktif dan atau mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga ?

BUNDA SHALEHA
a. Nilai-nilai apa saja yang kita perjuangkan dalam hidup ini ?
b. Apa yang ingin kita wariskan di muka bumi ini, yang tidak akan pernah mati ketika kita tiada ?
c. Program berbagi apa yang akan kita jalankan secara terus-menerus ?
d. Apakah kita merasa bahagia dengan program tersebut ?

PERTANYAAN

#1
Mandiri secara finansial..... apakah itu suatu keharusan ?

Makna produktif di Ibu Profesional tidak selalu bermakna dengan uang. Bisa produktif berbagi ilmu dan karya. Hanya secar fitrah, ketika kita sudah profesional menjalankan peran hidup kita maka uang itu akan mengikuti kita, bukan kita yang mengejar uang.
Maka kemandirian finansial menjadi salah satu pendukung (bukan satu-satunya) proses terwujudnya rasa percaya diri seorang ibu. Ibu yang PD akan mendidik anaknya jauh lebih baik.

#2
Step pertama yang mesti dilakukan untuk melangkah menjadi Ibu Profesional ?

Setiap mendapat materi, maka segera kerjakan Nice Homework yang diberikan keesokan harinya. Lakukan perubahan sekecil apapun yang bisa kita lakukan. Materi sekeren apapun kalau tidak dipraktekkan akan sia-sia, karen atidak membumi dan menjadi amalan kita.

#3
Bu Septi, bagaimana kita menemukan misi hidup spesifik ? Menurut yang saya pelajari, misi hidup tersebut lebih ke aspek batin dan spiritual dibandingkan aspek sosial ekonomi. Meskipun tidak menampik adanya pengaruh ke arah-arah tersebut jika kita telah menemukannya. Mohon pandangan ibu.

Dalam hidup ini tidak ada yang terpisah-pisah antara aspek batin, spiritual,sosial dan ekonomi, semua menjadi satu kesatuan. Orang yang sudah menemukan misi spesifik hidupnya itu akan paham apa maksud Allah SWT menciptakan dirinya di mukabumi ini. Sehingga seluruh perjalanan hidupnya adalah perjalanan menuju DIA. Karena orang yang sudah berjalan di jalanNya tidak perlu heboh mencari peluang, peluanglah yang akan datang padanya.

#4
Apakah memang harus berurutan bu ?

Apabila anda belum memiliki anak, mulailah dari bunda cekatan, kalau sudah punya anak, langsung ke bunda sayang. Setelah itu lanjut ke bunda produktif dan shaleha. Karena ini merupakan anak tangga Ibu Profesional, maka sebaiknya dikuatkan setahap demi setahap, agar mendapat pijakan yang kuat

#5
Bgaiamana jika ingin menjadi seorang Ibu Profesional tapi kurang dukungan dari suami ?

Bunda, perempuan itu makhluk luar biasa, diberikan berbagai kekuatan ganda, jadi apabila suami tidak mendukung, tetap berjalanlah dan JANGAN BERHENTI. Dengan catatan : selama suami tidak mengganggu perjalanan anda sebagai Ibu Profesional, lanjutkan. Tapi kalau mengganggu segera selesaikan dulu rintangan ini.
Setelah anda berjalan segera mendekatlah ke Yang Maha Membolak-balikkan hati. Agar suami kita mau mendukung perjalanan kita mendidik anak.
Karena berdasar pengalaman, istri yang tidak didukung suami, akan tetap menjalankan aktivitas mendidik anak dengan BAIK, berbeda apabila kondisi sebaliknya.
Sedangkan keluarga yang suami istri mau berjalan bersama beriringan, bisa mendidik anak dengan SANGAT BAIK.
Sehingga pilihannya hanya dua, BAIK dan SANGAT BAIK.

#6
Bila berbicara tentang komunitas terkadang secara tidak langsung terbagi menjadi ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Yang ibu bekerja kebanyakan jadi terpikir untuk resign demi perkembangan anak-anaknya. Bgaiamana di IIP memandang ini bu ?

Di Ibu Profesional hanya ada satu ibu, yaitu IBU BEKERJA. 
Ada yang memilih BEKERJA DI RANAH DOMESTIK dan ada yang memilih BEKERJA DI RANAH PUBLIK. Dua-duanya memerlukan keprofesionalitasan. Sehingga harus mengikuti pijakan-pijakna yang ada.
Ibu yang memilih bekerja di ranah domestik harus menguatkan bunda sayang dan bunda cekatannya sebagai pijakan masuk ke ranah publik dengan dasar ilmu bunda produktif dan bunda shaleha.
Ibu yang memillih bekerja di ranah publik harus menguatkan bunda produktif dan bunda shaleha dengan benar, agar bisa dengan cepat mengejar ketertinggalan di bunda sayang dan bunda cekatan

#7
Ketika ada Ibu Profesional, bagaimana  dengan ayah profesional ? Bagaimana dengan keprofesionalan ayah dalam keluarga ?

Jangan pernah menuntut ayah, karena fitrahnya laki-laki baik-baik itu untuk perempuan baik-baik. Pasangan hidup adalah cermin bagi kita, ketika kita mendapati suami "tidak sesuai harapan" jangan buru-buru menuntut, itu pertanda kualitas kita juga sama. Maka pakai prinsip :

"For things to CHANGE, I MUST CHANGE FIRST"

Untuk mengubah seseorang, maka ubahlah diri kita terlebih dahulu. Istilah di Ibu Profesional, "PROSES MEMANTASKAN DIRI". Jangan pernah berhenti di ranah ini, karena Allah tidak akan rela memberikan kita pasangan hidup yang tidak mau berubah ketika kita terus berubah.
Apabila ingin mengajak para ayah, buatlah aktivitas keluarga, jangan diminta sang ayah menyendiri mencari komunitas sendiri.

#8
Bu Septi, saya sudah menemukan minat dan bakat, sudah merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excelent) di ranha minat dan bakat ini. Tetapi saya tidak tahu bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat saya... Bagaimana saran ibu ?

Hanya ada dua kata, KONSISTEN dan KOMITMEN. Menurut penelitian para ahli, seseorang akan menjadi ahli itu apabila sudah mencapai 10.000 jam terbang. Maka tetapkan mulai besok, sehari akan mendedikasikan waktu kita untuk ranah minat dan bakat ini berapa jam ?. Berkomitmenlah bahwa 10.000 jam terbang akan anda raih selama berapa tahun ?. Setelah itu konsisten di satu hal, jangan berganti-ganti.

#9
Untuk bunda sayang, bagaimana menilai bahwa anak bangga dan suka dididik oleh ibunya ? Karena yang saya lihat satu anak (7th) seperti menurut agar tidak kena marah, dan yang satu (5th) seperti tidak mau mendengar apa yang saya sampaikan untuk kebaikannya.

Lihtlah respon mereka, dan IQRA', pertajam hati untuk membacanya. Karena kondisi di atas artinya "komunikasi kita ke anak" belum clear. Maka perkuat materi komunikasi produktif.

#10
Apakah ini merupakan sebab akibat bu, Kalau suami tidak mau / tidak bisa / tidak mampu banyak terlibat, apakah cara ibu ini belum benar / banyak kekurangan dalam mendidik anak-anaknya ?

Tergantung tipe apa suami kita, kalau tipe suami itu hanya mencari nafkah dan urusan rumah adalah urusan istri, maka semakin kita tidak mampu mendidik anak, semakin ia tidak ingin terlibat, krena merasa menambah beban pikirannya. Akhirnya cuek dalam kegalauan.
Tapi kalau tipe suami "family man", melihat istri tidak mampu mendidik anak, akan semakin ingin melibatkan diri bahkan mendidik istri.

#11
Dan siapakah sebenarnya yang harus mulai terlebih dahulu,apakah memang mesti dari seorang ibu dulu ?

Karena anda yang melahirkan, maka jangan pernah bergantung pada siapapun dulu untuk mendidik anak, meski itu suami kita. Andaikata suami kita mau terlibat itu bonus keberkahan yang luar biasa.

#12
Indikator... bisa jadi sebagai cita-cita juga bu ?

Iya, yang kita inginkan dan akan bisa kita jalankan, tulis saja.

Kita belajar membuat "indikator" untuk diri kita sendiri. Tentu saja yang namanya indikator diri itu harus : 

1. Spesifik (unik / detail)
2. Terukur (contoh : dalam satu bulan, 4x sharing hasil belajar)
3. Bisa diraih
4. Berhubungan dengan kondisi permasalahan sehari-hari
5. Ada batas waktunya

-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-

Resume akhirnya selesai.... walaupun diskusi masih terus berlanjut di grup, maapkeun.... saya belum sempat merangkum hasil diskusinya. 
Kita langsung lanjut menuju "Nice Homework" pekan ini yaa.... Kenapa disebut Nice Homework ? Yaa,,, karena tugas rumah ini memang menyenangkan *cheers... Bikin galau *eh... Bikin deg-degan, bikin semangat, bikin seruuu hidup ini. :D
Hahahaha.... mulai lagi dah lebay. Mau tau apa tugas minggu ini ?, beneran mau tau ?, mau tau aja atau mau tau banget ? :D
Nggak pake basa-basi,,, Selamat menikmati tugas minggu ini ^_^

-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-

Nice Homework #1
Bunda, setelah memahami tahap awal menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga. Pekan ini silakan membuat :

CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONAL PEREMPUAN
a. Sebagai INDIVIDU
b. Sebagai ISTRI
c. Sebagai IBU

-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-

Pertama kali lihat tugas ini langsung terbayang materi School for Homeschool Facilitators yang baru saya share minggu lalu. Dalam sesi sharing tersebut ada satu materi tentang bagaimana membuat Checklist Indikator Karakter Anak. Dan,,, minggu ini pun suami sedang membuat checklist indikator "Imam Keluarga". Yak... klop banget. Ternyata Allah ingin kami menjadi makin "BAIK BERSAMA".Mungkin inilah petunjuk Allah sebagai awal langkah kami menuju "A" Home Team. Aamiin....

Jadilah kami bahu-membahu menyusun checklist kami sekeluarga. Dimulai dengan menyusun checklist anak-anak, karena ini yang paling sedikit daftarnya. Dilanjutkan menyusun checklist suami. Terakhir baru menyusun checklist saya sendiri. 
Proses menyusunnya benar-benar luar biasa. Kami (terutama saya dan suami) yang selama ini merasa sepertinya baik-baik saja, ternyata terungkap dari obrolan-obrolan kami semua bahwa ada beberapa hal yang perlu kami benahi disana-sini. Selain itu ada hal yang mesti ditambahkan diluar kebiasaan kami. Hal yang tidak pernah saya lupa sepulang dari "sekolah" di SfHF adalah, 
"KARAKTER TIDAK BISA DIAJARKAN, TETAPI KARAKTER HANYA BISA DITULARKAN / DICONTOHKAN / DITELADANKAN" 
Jika kami ingin anak-anak berkarakter baik dan unggul, maka kami harus memantaskan diri sebagai fasilitator yang baik dan unggul pula. 
Wew... koq malah ngelantur ke SfHF :p 
Insyaa allah cerita lengkap pengalaman SfHF akan saya tulis di postingan berikutnya. 
#kalausempat #kalautidakmalas #kalaumood *plaaak.....

Okay... kembali ke laptop!. Lanjut dengan cerita proses menyusun NHW #1 Matrikulasi IIP Batch #1. Setelah mewawancarai suami dan anak-anak ala Kick Andy *bwahahaha, ternyata oh ternyata.... listnya jadi panjang. Padahal emaknya ngarep cuma 3 tugas saja *heuheuheu....
Emak berusaha melakukan penawaran, dan *taraaa.... jadilah checklist dibawah ini.

Bismillahirrohmanirrohim...


Checklist diatas sebenarnya ada yang harian, mingguan bahkan bulanan. Tapi kami sepakat untuk melakukan evaluasi setiap 10 hari. Kenapa mesti 10 hari sekali evaluasinya ?. Yah... bagi kami 10 hari ini cukup, tidak terlalu lama, tidak pula terlalu cepat.
Semoga kami semua bisa konsisten menjalankannya.
Semoga apa yang sudah kami tuliskan dan rencanakan bersama bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi bagi diri kami pribadi, keluarga dan nantinya bermanfaat lebih besar lagi. 
Aamiin... aamiin... aamiin... Yaa Robbal'alamiin...